Metode yang dipergunakan agar guru mendapat perhatian serta tujuan pembelajaran dapat tercapai, terlebih dalam mempelajari mata pelajaran sejarah. Mata pelajaran sejarah
adalah sebuah ilmu yang mempelajari masa lalu dan terkesan membosankan. Guru harus memilih metode
yang paling tepat digunakan. Ada berbagai metode pembelajaran, diantaranya:
1. Metode Ceramah (Preaching Method)
Metode ceramah yaitu sebuah
metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan
kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah,
(2000). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling
ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi
kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan
paham siswa.
Beberapa kelemahan metode ceramah adalah :
a. Membuat siswa pasif
b. Mengandung unsur paksaan kepada siswa
c. Mengandung daya kritis siswa ( Daradjat, 1985)
d. Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak
didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
e. Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
f. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
g. Bila terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Beberapa kelebihan metode ceramah adalah :
a. Guru mudah menguasai kelas.
b. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
c. Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
d. Mudah dilaksanakan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
2. Metode diskusi ( Discussion method )
Muhibbin Syah ( 2000 ),
mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat
hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga
disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (
socialized recitation ).
Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :
a. Mendorong siswa berpikir kritis.
b. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
c. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memecahkan masalah
bersama.
d. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk
memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.
Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :
a. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan
b. Menyadarkan ank didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan
pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
c. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun
berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. (Syaiful Bahri
Djamarah, 2000)
Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :
a. tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
b. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
c. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
d. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Syaiful Bahri
Djamarah, 2000)
3. Metode Karya Wisata
Metode karya wisata adalah
suatu metode mengajar yang dirancang
terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan
didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh
pendidik, yang kemudian dibukukan.
Kelebihan metode karyawisata sebagai berikut :
a. Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan
lingkungan nyata dalam pengajaran.
b. Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan
kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.
c. Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.
Kekurangan metode karyawisata sebagai berikut :
a. Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
b. Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.
c. Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan
utama, sedangkan unsur studinya terabaikan.
d. Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak
didik di lapangan.
e. Biayanya cukup mahal.
f. Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan
keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.
Kadang-kadang dalam proses
belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjautempat
tertentu atau obyek yang lain. Menurut Roestiyah (2001:85) , karya wisata bukan
sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan
melihat kenyataannya. Karena itu dikatakan teknik karya wisata, ialah cara
mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek
tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti
meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada, dan sebagainya.
Menurut Roestiyah (2001:85)
,teknik karya wisata ini digunakan karena memiliki tujuan sebagai berikut:
Dengan melaksanakan karya wisata diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman
langsung dari obyek yang dilihatnya, dapat turut menghayati tugas pekerjaan
milik seseorang serta dapat bertanya jawab mungkin dengan jalan demikian mereka
mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam pelajaran, ataupun
pengetahuan umum. Juga mereka bisa melihat, mendengar, meneliti dan mencoba apa
yang dihadapinya, agar nantinya dapat mengambil kesimpulan, dan sekaligus dalam
waktu yang sama ia bisa mempelajari beberapa mata pelajaran.
Agar penggunaan teknik karya
wisata dapat efektif, maka pelaksanaannya perlu memeperhatikan langkah-langkah
sebagai berikut: (a) Persiapan, dimana guru perlu menetapkan tujuan
pembelajaran dengan jelas, mempertimbangkan pemilihan teknik, menghubungi
pemimpin obyek yang akan dikunjungi untuk merundingkan segala sesuatunya, penyusunan
rencana yang masak, membagi tugas-tugas, mempersiapkan sarana, pembagian siswa
dalam kelompok, serta mengirim utusan, (b) Pelaksanaan karya wisata, dimana
pemimpin rombongan mengatur segalanya dibantu petugas-petugas lainnya, memenuhi
tata tertib yang telah ditentukan bersama, mengawasi petugas-petugas pada
setiap seksi, demikian pula tugas-tugas kelompok sesuai dengan
tanggungjawabnya, serta memberi petunjuk bila perlu, (c) Akhir karya wisata,
pada waktu itu siswa mengadakan diskusi mengenai segala hal hasil karya wisata,
menyusun laporan atau paper yang memuat kesimpulan yang diperoleh,
menindaklanjuti hasil kegiatan karya wisata seperti membuat grafik, gambar,
model-model, diagram, serta alat-alat lain dan sebagainya.
Karena itulah teknik karya
wisata dapat disimpulkan memiliki keunggulan sebagai berikut: (a) Siswa dapat
berpartisispasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para petugas pada
obyek karya wisata itu, serta mengalami dan menghayati langsung apa pekerjaan
mereka. Hal mana tidak mungkin diperoleh disekolah, sehingga kesempatan
tersebut dapat mengembangkan bakat khusus atau ketrampilan mereka, (b) Siswa
dapat melihat berbagai kegiatan para petugas secara individu maupun secara
kelompok dan dihayati secara langsung yang akan memperdalam dan memperluas
pengalaman mereka, (c) dalam kesempatan ini siswa dapat bertanya jawab,
menemukan sumber informasi yang pertama untuk memecahkan segala persoalan yang
dihadapi, sehingga mungkin mereka menemukan bukti kebenaran teorinya, atau
mencobakan teorinya ke dalam praktek, (d) Dengan obyek yang ditinjau itu siswa
dapat memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman yang terintegrasi,
yang tidak terpisah-pisah dan terpadu.
Penggunaan teknik karya wisata
ini masih juga ada keterbatasan yang perlu diperhatikan atau diatasi agar
pelaksanaan teknik ini dapat berhasil guna dan berdaya guna, ialah sebagai
berikut: Karya wisata biasanya dilakukan di luar sekolah, sehingga mungkin
jarak tempat itu sangat jauh di luar sekolah, maka perlu mempergunakan
transportasi, dan hal itu pasti memerlukan biaya yang besar. Juga pasti
menggunakan waktu yang lebih panjang daripada jam sekolah, maka jangan sampai
mengganggu kelancaran rencana pelajaran yang lain. Biaya yang tinggi
kadang-kadang tidak terjangkau oleh siswa maka perlu bantuan dari sekolah. Bila
tempatnya jauh, maka guru perlu memikirkan segi keamanan, kemampuan pihak siswa
untuk menempuh jarak tersebut, perlu dijelaskan adanya aturan yang berlaku
khusus di proyek ataupun hal-hal yang berbahaya.
Suhardjono (2004:85)
mengungkapkan bahwa metode karya wisata (field-trip) memiliki keuntungan: (a)
Memberikan informasi teknis, kepada peserta secara langsung, (b) Memberikan
kesempatan untuk melihat kegiatan dan praktik dalam kenyataan atau pelaksanaan
yang sebenarnya, (c) Memberikan kesempatan untuk lebih menghayati apa yang
dipelajari sehingga lebih berhasil, (d) membei kesempatan kepada peserta untuk
melihat dimana peserta ditunjukkan kepada perkembangan teknologi mutakhir.
Sedangkan kekurangan metode
Field Trip menurut Suhardjono (2004:85) adalah: (a) Memakan waktu bila lokasi
yang dikunjungi jauh dari pusat latihan, (b) Kadang-kadang sulit untuk mendapat
ijin dari pimpinan kerja atau kantor yang akan dikunjungi, (c) Biaya
transportasi dan akomodasi mahal.
Menurut Djamarah (2002:105), pada saat belajar mengajar siswa perlu diajak ke
luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau obyek yang lain. Hal itu
bukan sekedar rekreasi tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya
dengan melihat kenyataannya. Karena itu, dikatakan teknik karya wisata, yang
merupakan cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat
atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu
seperti meninjau pegadaian. Banyak istilah yang dipergunakan pada metode karya
wisata ini, seperti widya wisata, study tour, dan sebagainya. Karya wisata ada
yang dalam waktu singkat, dan ada pula yang dalam waktu beberapa hari atau
waktu panjang.
Metode karya wisata mempunyai
beberapa kelebihan yaitu: (a) Karya wisata memiliki prinsip pengajaran modern
yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran, (b) Membuat apa yang
dipelajari di sekolah lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan di
masyarakat, (c) Pengajaran serupa ini dapat lebih merangsang kreativitas siswa,
(d) Informasi sebagai bahan pelajaran lebih luas dan aktual.
Kekurangan metode karya wisata
adalah: (a) Fasilitas yang diperlukan dan biaya yang diperlukan sulit untuk
disediakan oleh siswa atau sekolah, (b) Sangat memerlukan persiapan dan
perencanaan yang matang, (c) memerlukan koordinasi dengan guru-guru bidang
studi lain agar tidak terjadi tumpang tindih waktu dan kegiatan selama karya
wisata, (d) dalam karya wisata sering unsure rekreasi menjadi lebih prioritas
daripada tujuan utama, sedang unsure studinya menjadi terabaikan, (e) Sulit
mengatur siswa yang banyak dalam perjalanan dan mengarahkan mereka kepada
kegiatan studi yang menjadi permasalahan.
Metode field trip atau karya
wisata menurut Mulyasa (2005:112) merupakan suatu perjalanan atau pesiar yang
dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar, terutama
pengalaman langsung dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah.
Meskipun karya wisata memiliki banyak hal yang bersifat non akademis, tujuan
umum pendidikan dapat segera dicapai, terutama berkaitan dengan pengembangan
wawasan pengalaman tentang dunia luar.
Sebelum karya wisata digunakan
dan dikembangkan sebagai metode pembelajaran, hal-hal yang perlu diperhatikan
menurut Mulyasa (2005:112) adalah: (a) Menentukan sumber-sumber masyarakat
sebagai sumber belajar mengajar, (b) Mengamati kesesuaian sumber belajar dengan
tujuan dan program sekolah, (c) Menganalisis sumber belajar berdasarkan
nilai-nilai paedagogis, (d) Menghubungkan sumber belajar dengan kurikulum,
apakah sumber-sumber belajar dalam karyawisata menunjang dan sesuai dengan
tuntutan kurikulum, jika ya, karya wisata dapat dilaksanakan, (e) membuat dan
mengembangkan program karya wisata secara logis, dan sistematis, (f)
Melaksanakan karya wisata sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, dengan
memperhatikan tujuan pembelajaran, materi pelajaran, efek pembelajaran, serta
iklim yang kondusif. (g) Menganalisis apakah tujuan karya wisata telah tercapai
atau tidak, apakah terdapat kesulitan-kesulitan perjalanan atau kunjungan,
memberikan surat ucapan terima kasih kepada mereka yang telah membantu, membuat
laporan karyawisata dan catatan untuk bahan karya wisata yang akan datang.
4. Metode Discovery
Salah satu metode mengajar
yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah
metode discovery, hal itu disebabkan karena metode discovery ini: (a) Merupakan
suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif, (b) Dengan menemukan
sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan
lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa, (c) Pengertian yang
ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah
digunakan atau ditransfer dalam situasi lain, (d) Dengan menggunakan strategi
penemuan, anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat
dikembangkannya sendiri, (e) dengan metode penemuan ini juga, anak belajar
berfikir analisis dan mencoba memecahkan probela yang dihadapi sendiri,
kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan demikian diharapkan
metode discovery ini lebih dikenal dan digunakan di dalam berbagai kesempatan
proses belajar mengajar yang memungkinkan.
Metode Discovery menurut
Suryosubroto (2002:192) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang
mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum
sampai kepada generalisasi.
Metode Discovery merupakan
komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan
cara belajar aktif, beroreientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari
sendiri dan reflektif. Menurut Encyclopedia of Educational Research, penemuan
merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai
cara, termasuk mengajarkan ketrampilan menyelidiki dan memecahkan masalah
sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa metode discovery adalah suatu metode dimana dalam proses
belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi
yang secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja.
Suryosubroto (2002:193)
mengutip pendapat Sund (1975) bahwa discovery adalah proses mental dimana siswa
mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut
misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.
Langkah-langkah pelaksanaan
metode penemuan menurut Suryosubroto (2002:197) yang mengutip pendapat Gilstrap
(1975) adalah: (a) Menilai kebutuhan dan minat siswa, dan menggunakannya
sebagai dasar untuk menentukan tujuan yang berguna dan realities untuk mengajar
dengan penemuan, (b) Seleksi pendahuluan atas dasar kebutuhan dan minat siswa,
prinsip-prinsip, generalisasi, pengertian dalam hubungannya dengan apa yang
akan dipelajarai, (c) Mengatur susunan kelas sedemikian rupa sehingga
memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran siswa dalam belajar dengan penemuan,
(d) Berkomunikasi dengan siswa akan membantu menjelaskan peranan penemuan, (e)
menyiapkan suatu situasi yang mengandung masalah yang minta dipecahkan, (f)
Mengecek pengertian siswa tentang maslah yang digunakan untuk merangsang
belajar dengan penemuan, (g) Menambah berbagai alat peraga untuk kepentingan
pelaksanaan penemuan, (h) memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat
mengumpulkan dan bekerja dengan data, misalnya tiap siswa mempunyai data harga
bahan-bahan pokok dan jumlah orang yang membutuhkan bahan-bahan pokok tersebut,
(i) Mempersilahkan siswa mengumpulkan dan mengatur data sesuai dengan
kecepatannya sendiri, sehingga memperoleh tilikan umum, (j) Memberi kesempatan
kepada siswa melanjutkan pengalaman belajarnya, walaupun sebagian atas tanggung
jawabnya sendiri, (k) memberi jawaban dengan cepat dan tepat sesuai dengan data
dan informasi bila ditanya dan diperlukan siswa dalam kelangsungan kegiatannya,
(l) Memimpin analisisnya sendiri melalui percakapan dan eksplorasinya sendiri
dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses, (m) Mengajarkan
ketrampilan untuk belajar dengan penemuan yang diidentifikasi oleh kebutuhan
siswa, misalnya latihan penyelidikan, (n) Merangsang interaksi siswa dengan
siswa, misalnya merundingkan strategi penemuan, mendiskusikan hipotesis dan
data yang terkumpul, (o) Mengajukan pertanyaan tingkat tinggi maupun pertanyaan
tingkat yang sederhana, (p) Bersikap membantu jawaban siswa, ide siswa,
pandanganan dan tafsiran yang berbeda. Bukan menilai secara kritis tetapi
membantu menarik kesimpulan yang benar, (q) Membesarkan siswa untuk memperkuat
pernyataannya dengan alas an dan fakta, (r) Memuji siswa yang sedang bergiat
dalam proses penemuan, misalnya seorang siswa yang bertanya kepada temannya
atau guru tentang berbagai tingkat kesukaran dan siswa siswa yang
mengidentifikasi hasil dari penyelidikannya sendiri, (s) membantu siswa menulis
atau merumuskan prinsip, aturan ide, generalisasi atau pengertian yang menjadi
pusat dari masalah semula dan yang telah ditemukan melalui strategi penemuan,
(t) Mengecek apakah siswa menggunakan apa yang telah ditemukannya, misalnya
teori atau teknik, dalam situasi berikutnya, yaitu situasi dimana siswa bebas
menentukan pendekatannya.
Sedangkan langkah-langkah
menurut Richard Scuhman yang dikutip oleh Suryosubroto (2002:199) adalah : (a)
identifikasi kebutuhan siswa, (b) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip,
pengertian, konsep dan generalisasi yang akan dipelajari, (c) Seleksi bahan,
dan problema serta tugas-tugas, (d) Membantu memperjelas problema yang akan
dipelajari dan peranan masing-masing siswa, (e) Mempersiapkan setting kelas dan
alat-alat yang diperlukan, (f) Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang
akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa, (g) Memberi kesempatan kepada siswa
untuk melakukan penemuan, (h) Membantu siswa dengan informasi, data, jika diperlukan
oleh siswa, (i) memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan
dan mengidentifikasi proses, (j) Merangsang terjadinya interaksi antar siswa
dengan siswa, (k) memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses
penemuan, (l) Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas
hasil penemuannya.
Metode discovery memiliki
kebaikan-kebaikan seperti diungkapkan oleh Suryosubroto (2002:200) yaitu: (a)
Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan
ketrampilan dan proses kognitif siswa, andaikata siswa itu dilibatkan terus
dalam penemuan terpimpin. Kekuatan dari proses penemuan datang dari usaha untuk
menemukan, jadi seseorang belajar bagaimana belajar itu, (b) Pengetahuan
diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu
pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari pengertian retensi
dan transfer, (c) Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya
siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan
kadang-kadang kegagalan, (d) metode ini memberi kesempatan kepada siswa untuk
bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri, (e) metode ini menyebabkan
siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia lebih merasa terlibat dan
bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan
khusus, (f) Metode discovery dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan
bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan.
Dapat memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan, (g)
Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan pada siswa dan
guru berpartisispasi sebagai sesame dalam situasi penemuan yang jawaban nya
belum diketahui sebelumnya, (h) Membantu perkembangan siswa menuju
skeptisssisme yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak.
Kelemahan metode discovery
Suryosubroto (2002:2001) adalah: (a) Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan
mental untuk cara belajar ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam
usanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak,
atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian dalam suatu subyek, atau
dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis. Siswa yang
lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan frustasi
pada siswa yang lain, (b) Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas
besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa
menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata
tertentu. (c) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan
guru dan siswa yang sudahy biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara
tradisional, (d) Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai
terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan
diperolehnya sikap dan ketrampilan. Sedangkan sikap dan ketrampilan diperlukan
untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan emosional sosial secara
keseluruhan, (e) dalam beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba
ide-ide, mungkin tidak ada, (f) Strategi ini mungkin tidak akan memberi
kesempatan untuk berpikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan
ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian pula
proses-proses di bawah pembinaannya. Tidak semua pemecahan masalah menjamin
penemuan yang penuh arti.
Metode Discovery menurut
Rohani (2004:39) adalah metode yang berangkat dari suatu pandangan bahwa
peserta didik sebagai subyek di samping sebagai obyek pembelajaran. Mereka
memiliki kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan
kemampuan yang mereka miliki.
Proses pembelajaran harus
dipandang sebagai suatu stimulus atau rangsangan yang dapat menantang peserta
didik untuk merasa terlibat atau berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran.
Peranan guru hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing atau pemimpin
pengajaran yang demokratis, sehingga diharapkan peserta didik lebih banyak
melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan masalah atas
bimbingan guru.
Ada lima tahap yang harus
ditempuh dalam metode discovery menurut Rohani(2004:39) yaitu: (a) Perumusan
masalah untuk dipecahkan peserta didik, (b) Penetapan jawaban sementara atau
pengajuan hipotesis, (c) Peserta didik mencari informasi , data, fakta, yang
diperlukan untuk menjawab atau memecahkan masalah dan menguji hipotesis, (d)
Menarik kesimpulan dari jawaban atau generalisasi, (e) Aplikasi kesimpulan atau
generalisasidalam situasi baru.
Metode Discovery menurut
Roestiyah (2001:20) adalah metode mengajar mempergunakan teknik penemuan.
Metode discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep
atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati,
menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat
kesimpulan, dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri
atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan
instruksi.
Pada metode discovery, situasi
belajar mengajar berpindah dari situasi teacher dominated learning menjadi
situasi student dominated learning. Dengan pembelajaran menggunakan metode
discovery, maka cara mengajar melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental
melalui tukar pendapat dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba
sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.
Penggunaan metode discovery
ini guru berusaha untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar
mengajar. Sehingga metode discovery menurut Roestiyah (2001:20) memiliki
keunggulan sebagai berikut: (a) Teknik ini mampu membantu siswa untuk
mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta panguasaan ketrampilan dalam proses
kognitif/ pengenalan siswa, (b) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat
sangat pribadi / individual sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam
jiwa siswa tersebut, (c) Dapat meningkatkan kegairahan belajar para siswa.
Metode discovery menurut Mulyasa (2005:110) merupakan metode yang lebih
menekankan pada pengalaman langsung. Pembelajaran dengan metode penemuan lebih
mengutamakan proses daripada hasil belajar.
Cara mengajar dengan metode
discovery menurut Mulyasa (2005:110) menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
(a) Adanya masalah yang akan dipecahkan, (b) Sesuai dengan tingkat perkembangan
kognitif peserta didik, (c) Konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh
peserta didik melalui kegiatan tersebut perlu dikemukakan dan ditulis secara
jelas, (d) harus tersedia alat dan bahan yang diperlukan, (e) Sususnan kelas
diatur sedemian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran peserta
didik dalam kegiatan belajar mengajar, (f) Guru harus memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengumpulkan data, (g) Guru harus memberikan jawaban
dengan tepat dengan data serta informasi yang diperlukan peserta didik.
5. Metode Inquiry
Metode inquiry adalah metode
yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan
selama belajar. Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang
aktif (Mulyasa , 2003:234).
Kendatipun metode ini berpusat
pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang peranan penting sebagai
pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta didik
untuk melakukan kegiatan. Kadang kala guru perlu memberikan penjelasan,
melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik.
Guru berkewajiban memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang
kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang
bervariasi.
Inquiry pada dasarnya adalah
cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu inquiry menuntut peserta
didik berfikir. Metode ini melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Metode
ini menuntut peserta didik memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang
bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian , melalui metode ini peserta
didik dibiasakan untuk produktif, analitis , dan kritis. Macam Metode
Pembelajaran.
Langkah-langkah dalam proses
inquiry adalah menyadarkan keingintahuan terhadap sesuatu, mempradugakan suatu
jawaban, serta menarik kesimpulan dan membuat keputusan yang valid untuk
menjawab permasalahan yang didukung oleh bukti-bukti. Berikutnya adalah
menggunakan kesimpulan untuk menganalisis data yang baru (Mulyasa, 2005:235).
Strategi pelaksanaan inquiry
adalah: (1) Guru memberikan penjelasan, instruksi atau pertanyaan terhadap
materi yang akan diajarkan. (2) Memberikan tugas kepada peserta didik untuk
menjawab pertanyaan, yang jawabannya bisa didapatkan pada proses pembelajaran
yang dialami siswa. (3) Guru memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan
yang mungkin membingungkan peserta didik. (4) Resitasi untuk menanamkan
fakta-fakta yang telah dipelajari sebelumnya. (5) Siswa merangkum dalam bentuk
rumusan sebagai kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan (Mulyasa,
2005:236).
Metode inquiry menurut
Roestiyah (2001:75) merupakan suatu teknik atau cara yang dipergunakan guru
untuk mengajar di depan kelas, dimana guru membagi tugas meneliti suatu masalah
ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok
mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan, kemudian mereka mempelajari,
meneliti, atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka
di dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan
baik. Akhirnya hasil laporan dilaporkan ke sidang pleno, dan terjadilah diskusi
secara luas. Dari sidang pleno kesimpulan akan dirumuskan sebagai kelanjutan
hasil kerja kelompok. Dan kesimpulan yang terakhir bila masih ada tindak lanjut
yang harus dilaksanakan, hal itu perlu diperhatikan.
Guru menggunakan teknik bila
mempunyai tujuan agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta
meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri, dan mereka
belajar bersama dalam kelompoknya. Diharapkan siswa juga mampu mengemukakan
pendapatnya dan merumuskan kesimpulan nantinya. Juga mereka diharapkan dapat
berdebat, menyanggah dan mempertahankan pendapatnya. Inquiry mengandung proses
mental yang lebih tinggi tingkatannya, seperti merumuskan masalah, merencanakan
eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, menarik
kesimpulan. Pada metode inquiry dapat ditumbuhkan sikap obyektif, jujur, hasrat
ingin tahu, terbuka, dan sebagainya. Akhirnya dapat mencapai kesimpulan yang disetujui
bersama. Bila siswa melakukan semua kegiatan di atas berarti siswa sedang
melakukan inquiry.
Teknik inquiry ini memiliki keunggulan yaitu : (a) Dapat membentuk dan
mengembangkan konsep dasar kepada siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang
konsep dasar ide-ide dengan lebih baik. (b) Membantu dalam menggunakan ingatan
dan transfer pada situasi proses belajar yang baru. (c) mendorong siswa untuk
berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, obyektif, dan
terbuka. (d) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya
sendiri. (e) Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik. (f) Situasi pembelajaran
lebih menggairahkan. (g) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. (h)
Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri. (i) Menghindarkan diri dari cara
belajar tradisional. (j) Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya
sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Metode inquiry menurut
Suryosubroto (2002:192) adalah perluasan proses discovery yang digunakan lebih
mendalam. Artinya proses inqury mengandung proses-proses mental yang lebih
tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan problema, merancang eksperimen,
melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, menarik kesimpulan,
dan sebagainya
6. Mind Mapping
Mind
mappingatau peta pikiran adalah suatu tekhnik pembuatan
catatan-catatan yang dapat digunakan pada situasi, kondisi tertentu, seperti
dalam pembuatan perencanaan, penyelesaian masalah, membuat ringkasan, membuat
struktur, pengumpulan ide-ide, untuk membuat catatan, kuliah, rapat, debat dan
wawancara. (Svantesson, 2004 : 1)
Konsep Mind mapping asal mulanya diperkenalkan olehTony Buzan tahun 1970-an. Menurutnya
mind map adalah sistem penyimpanan,
penarikan data, dan akses yang luar biasa untuk perpustakaan raksasa, yang
sebenarnya ada dalam otak manusia yang menakjubkan (Buzan, 2009 : 12). Mind mapadalah cara termudah untuk
menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi keluar otak-Mind Map adalah cara mencatat yang kreatif,
efektif, dan secara harfiah akan “memetakan” pikiran-pikiran kita.
Pemetaan pikiran yang dikemukakan oleh Buzan ini
didasarkan pada kenyataan bahwa otak manusia terdiri dari satu juta juta sel
otak atau setara dengan 167 kali jumlah manusia di bumi, sel-sel otak tersebut
terdiri dari beberapa bagian, ada bagian pusat (nukleus) dan ada sejumlah
bagian cabang yang memencar ke segala arah, sehingga tampak seperti pohon yang
menumbuhkan cabang ke sekelilingnya (Buzan, 2009:30).
Mind
mapping menggunakan teknik penyaluran gagasan dengan
menggunakan kata kunci bebas, simbol, gambar, dan menggambarkan secara kesatuan
dengan menggunakan teknik pohon. Mind
mappingini didasarkan pada detail-detail dan suatu peta pikiran yang mudah
diingat karena mengikuti pola pemikiran otak.
Semua mind map mempunyai kesamaan. Semuanya menggunakan warna. Semuanya
memiliki struktur alami yang memancar dari pusat. Semuanya menggunakan garis
lengkung, simbol, kata dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian Turan yang
sederhana, mendasar, alami, dan sesuai dengan cara kerja otak. Dengan mind map, daftar informasi yang panjang
bisa dialihkan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur dan mudah diingat
yang bekerja selaras dengan cara kerja alami otak dalam melakukan berbagai
hal.(Buzan, 2005:6)
Rose dan Malcolm menambahkan
strategi visual ini mempunyai beberapa ciri, diantaranya sebagai berikut :
a.
Mengingat orang melalui penglihatan, mengingat kata-kata dengan melihat tetapi
perlu waktu yang lebih lama untuk mengingat susunan atau urutan abjad jika
tidak disebutkan awalnya.
b. Jika
memberi atau menerima penjelasan arah lebih suka memakai peta/gambar.
C. Aktifitas reatif : menulis, menggambar,
melukis merancang.
d.
Mempunyai ingatan visual yang bagus, dimana ketika kita ingat saat meninggalkan
sesuatu dalam beberapa hari yang lalu. (Rose dan Malcolm, 2006 : 77)
Menurut Buzan, teknik pembuatan
catatan dan pengelompokan pikiran yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan
seluruh otak yang harus menyertakan tidak hanya kata-kata, angka, rangkaian dan
juga garis-garis tetapi juga dengan warna, gambar-gambar, dimensi ,
simbol-simbol itulah peta pikiran atau mind
mapping(Buzan, 2003 : 122).
Hal-hal yang harus dipersiapkan ketika akan membuat
atau menggunakan metode mind mappingadalah
:
·
Kertas kosong tak bergaris.
·
Pena atau spidol berwarna-warni.
·
Otak dan imajinasi.
·
Buku sumber sebagai salah satu
sumber bagi siswa.
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika akan membuat mind map, bahan bacaan yang berasal dari
buku teks, yaitu (Svantesson, 2004:127) :
Ø Membaca
teks secara keseluruhan
Ø Mengenali
tipe teks
Ø Komparasi
(perbandingan)
Ø
Kronologi atau rangkaian peristiwa
Ø Presentasi
(paparan)
Ø Menulis
mind map
dapat disimpulkan bahwa beberapa kelebihan saat
menggunakan teknik mind mapping ini, yaitu :
Ø Mind Map
mampu meningkatkan kapasitas pemahaman dengan cara:
Ø Melihat
gambaran besar suatu persoalan sekaligus melihat informasi secara detail
Ø Mengingat
informasi yang kompleks lebih mudah. Informasi tersebut telah dikelompokkan
sesuai dengan cara seseorang mengingat termasuk hubungannya dengan subjek yang
sama atau berbeda.
Ø Mengatasi
informasi yang membludak karena telah ditata dan dikelompokkan sedemikan rupa.
Secara mental hal ini juga membuat seseorang lebih terorganisir dan runtut
dalam memahami sebuah persoalan.
Ø Mind Map
mampu meningkatkan kemampuan seseorang dalam berimajinasi, mengingat,
berkonsentrasi, membuat catatan, meningkatkan minat sekaligus mampu
menyelesaikan persoalan. Hal ini dicapai karena Mind Map mengajarkan untuk
melihat persoalan secara keseluruhan dan melihat hubungannya satu sama lain.
Ini yang paling sulit dilakukan dalam catatan konvensional. Tidak hanya itu,
dengan catatan ini maka manajemen belajar pun menjadi lebih mudah. Informasi
baru dapat ditambahkan, dihubungkan, dan diasosiasikan kapan saja dengan
informasi yang sudah ada sebelumnya.
Ø Mind Map
dapat merangsang sisi kreatif seseorang lewat penggunakan garis lengkung, warna
dan gambar. Ini membuat sebuah catatan sekaligus menjadi karya seni yang indah.
Secara mental akan memudahkan kita untuk mengingatnya. Mind Map akan merangsang
kemampuan membandingkan informasi yang ada baik berupa fakta, ide termasuk data
statistik.
Ø Mind
Map membantu seseorang membuat catatan yang menarik dalam waktu singkat. Selain
itu, catatan ini mampu membuka pemahaman yang baik dan sisi kreatif dengan
merangsang munculnya ide-ide dan insight baru, bahkan pada saat membuat catatan
itu sendiri. Mind Map dapat pula
7. Sosio drama
Istilah sosiodrama dan bermain
peranan (role playing) dalam metode merupakan dua istilah yang kembar, bahkan
di dalampelaksanaannya
dapat dilakukan dalam waktu bersamaan dan silih berganti
Sosiodrama dimaksudkan adalah suatu
cara mengajar dengan jalan mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan
sosial
Pada metode bermain peranan, titik
tekanannya terletak pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam
suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi
Kedua istilah ini (sosiodrama dan
bermain peranan), kadang-kadang juga disebut metode dramatisasi. Hanya
bedanyakedua metode tersebut tidak disiapkan terlebih dahulu naskahnya. Berikut
adalah penerapan metode ini
1
Bila sosiodrama baru ditetapkan
dalam pengajaran, maka hendaknya guru menerangkannya terlebih dahulu teknik
pelaksanaanya, dan menentukan diantara siswa yang tepat untuk memerankan lakon
tertentu, secara sederhana dimainkan di depan kelas
2
Menerapkan siatuasi dan masalah
yang akan dimainkan dan perlu juga diceritakan jalannya peristiwa dan latar
belakang cerita yang akan dipentaskan tersebut
3
Pengaturan adegan dan kesiapan
mental dapat dilakukan sedemikian rupa
4
Setelah sosiodrama itu dalam
peuncak klimas, maka guru dapat menghentikan jalannya drama. Hal ini
dimaksudkan agar kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat diselesaikan
secara umum, sehingga penonton ada kesempatan untuk berpendapat dan menilai
sosiodrama yang dimainkan. Sosiodrama dapat pula dihentikan bila menemui jalan
buntu
5
Guru dan siswa dapat memberikan
komentar, kesimpulan atau berupa catatan jalannya sosiodrama untuk
perbaikan-perbaikan selanjutnya
Adapin kelenihan dari metode ini adalah
1
Dapat berkesan dengan kuat dan
tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan pengaman yang menyenangkan
yang saling untuk dilupakan
2
Sangat menarik bagi siswa, sehingga
memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias
3
Membangkitkan gairah dan semangat
optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan
kesetiakawanan sosial yang tinggi
4
Dapat menghayati peristiwa yang
berlangsung dengan mudah, dand apat memetik butir-butir hikmah yang terkandung
di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri
5
Dimungkinkan dapat meningkatkan
kemampuan profesional siswa, dan dapat menumbuhkan / membuka kesempatan bagi
lapangan kerja
Sebagaimana dengan metode-metode yang lain, metode
sosiodrama dan bermain peranan memiliki sisi-sisi kelemahan. Namun yang penting
disini, kelemahan dalam suatu metode tertentu dapat ditutupi dengan memakai
metode yang lain.
Mungkin sekali kita perlu memakai metode diskusi,
ausid visual, tanya jawab dan metode-metode lain yang dapat dianggap melengkapi
metode sosiodrama/bermain peranan
Kelemahan metode sosiodrama dan bermain peranan ini
terletak pada :
1)
Sosiodrama dan bermain peranan
memelrukan waktu yang relatif panjang/banyak
2)
Memerlukan kreativitas dan daya
kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid. Dan ini tidak semua guru
memilikinya
3)
Kebanyakan siswa yang ditunjuk
sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu adegan tertentu
4)
Apabila pelaksanaan sosiodrama dan
bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang
baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai
5)
Tidak semua materi pelajaran dapat
disajikan melalui metode ini
6)
Pada pelajaran agama masalah
keimanan, sulit disajikan melalui metode sosiodrama dan bermain peranan ini.